Sabtu, 21 Juni 2025

Jani Sang Penjual Kue Pao, Pejuang Perempuan Membantu Menafkahi Keluarga

Redaksi - Sabtu, 21 Juni 2025 17:21 WIB
Jani Sang Penjual Kue Pao, Pejuang Perempuan Membantu Menafkahi Keluarga
Teks foto : Jani dan etalase Kue Pao dagangannya. (Hasanatul)

Kitakini.news - Adalah Ibu Jani, wanita berusia 28 tahun yang berjuang membantu menafkahi kehidupan keluarga kecilnya bersama suami dengan berjualan Kue Pao di pinggir jalan, depan Masjid Al-Jihad, Jalan Abdullah Lubis, Medan. Tiga tahun ia jalani profesi ini dengan penuh senyum syukur, meski panas dan hujan kadang mengguyur.

Baca Juga:

Warga kawasan Jalan Sei Batu Gingging Medan ini, mengaku sudah berjualan Kue Pao sejak 2022 lalu. Berawal dari membantu orang lain menjualkan dagangan Kue Paonya, hingga kini ia membuka usahanya sendiri berjualan menggunakan etalase berjalan di atas sepeda motornya, dengan berbekal kompor pemanas agar kuenya tetap hangat saat pelanggan membeli.

Pagi buta, Jani dibantu suaminya mempersiapkan adonan dan mengukus Kue Pao dan dibentuk sedemikian rupa, dengan memasukkan berbagai varian rasa agar dagangannya banyak pilihan sesuai keinginan pembeli. Mulai dari rasa coklat, kacang merah, kacang hijau, ayam, inti kelapa dan beberapa rasa lainnya. Harganya pun terjangkau, Rp9 Ribu untuk satu kue Kue Pao. Ia pun mulai berjualan pukul 08.00-18.00 WIB.

Meskipun menggunakan sepeda motor yang bisa kapan saja berpindah tempat, namun Jani lebih sering menghabiskan waktu untuk berdagang di pinggir jalan di depan Masjid Al-Jihad, rumah ibadah muslim yang setiap hari ramai didatangi jemaah untuk melaksanakan salat lima waktu. Terlebih lagi, banyak aktivitas pengajian dan ceramah di tempat itu.

"Dulunya saya menjualkan jualan Kue Pao punya orang. Sekarang sudah tiga tahun ini saya buka jualan Kue Pao sendiri, bermodal belajar dan berusaha untuk bisa mandiri membantu nafkah keluarga," kata Jani sembari memperhatikan orang yang mungkin ingin membeli dagangannya.

Untuk usia Jani, ia termasuk masih tergolong muda, di bawah 30 tahun. Namun hal itu tidak membuatnya malu atau gengsi untuk berjualan di pinggir jalan. Bahkan sekalipun penghasilannya setiap hari tidak tetap, namun apa yang ia dapat selalu menjadi alasan untuk bersyukur kepada Sang Pencipta, Sang Pemberi Rezeki, dan itu ia yakini sepenuhnya.

"Ya sehari bisa dapat Rp70 Ribu, dan bisa lebih kalau lagi ramai yang beli," katanya dengan mata berkaca.

Dari perbincangan dengan Jani, tampak para pembeli seperti menyukai kue Kue Pao aneka rasa miliknya. Silih berganti orang datang dan memesan kepadanya, sambil ia siapkan wadah untuk memanaskan dagangannya agar rasanya lebih nikmat. "Kadang pengen juga kalau ada rejeki lebih, buka lapak jualan, warung kecil. Jadi nanti orang yang beli bisa sambil duduk dan minum teh," katanya sambil berharap.

Pun begitu, Jani menyadari keterbatasan finansial keluarga yang mengharuskan ia dan suami berjuang lebih keras dan mungkin lebih lama agar harapan dan cita-citanya bisa ia capai. Tak lain dan bukan, adalah untuk meningkatkan taraf hidupnya. Karena itu, Jani selalu bersyukur dengan penghasilan yang ia peroleh dari berjualan Kue Pao setiap hari, tanpa merasa malu walau harus berjibaku di pinggir jalan seperti juga para dengan pedagang yang lain.

"Ya memang butuh proses dek, tetapi yang penting kan kita jangan sampai berhenti berusaha," pesannya kepada penulis.

Dari perbincangan itu, tercermin sikap pantang menyerah yang ada pada Jani. Seorang wanita sekaligus istri yang tangguh, dalam membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Bahkan jika itu harus bersaing dengan pedagang yang lain yang mungkin menyajikan makanan serupa, ia tak merasa itu sebuah halangan atau kemunduran untuk bisa mendapatkan rejeki yang baik dan halal. Karenanya konsistensi menjadi satu kunci kekuatan baginya dalam menjemput harapan yang ia tanam dalam sanubari.

"Kalaupun belum bisa membuka warung, saya juga ada rencana mau menambah (unit) dagangan Kue Kue Pao, mengembangkan usaha ini," ucap Jani mengungkapkan rencana bisnisnya ke depan.

Selain harapan, Jani juga menunjukkan sikap sebagai seorang pedagang yang ramah kepada pembeli. Bahkan tak jarang ia sering diajak berbincang oleh pelanggannya, yang ia respon dengan baik tanpa melihat penampilan. Dengan begitu, baginya menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri karena orang lain senang berinteraksi dengan Jani.

"Kadang ada yang ngajak ngobrol lama. Ya saya senang aja, apalagi ada yang mau dengar cerita saya. Ada juga yang nggak beli, tetapi memberi semangat. Bahkan ada yang mau ngasi minum, pas lagi panas terik," tambah Jani lagi.

Dari kisahnya, Jani tak hanya menjual Kue Pao, tetapi juga menebar semangat dan senyum tulus, ikhlas kepada siapapun yang datang ke tempatnya berjualan. Kerja keras dan rasa syukur itu pula yang membuatnya mendapat pelanggan tetap yang selalu membeli kue Kue Pao buatannya. Apalagi dari segi tampilan dan rasa, mungkin tak kalah saing dengan yang lain.

Sebuah motivasi dan harapan besar bagi siapapun yang mengetahui kisah perjuangan Jani, perempuan penjual ke Kue Pao di pinggir jalan, Kota Medan. Tak hanya mengajarkan bagaimana bertahan hidup, tetapi juga menjalaninya dengan hati yang lapang. Sehingga penghasilannya bukan hanya sekadar soal berapa rupiah yang ia dapat dari berdagang, melainkan keberkahan dan manfaat yang bisa dirasakan orang lain, baik pembeli maupun keluarga di rumah, terlebih orang tuanya.

Banyak pelanggannya yang kini menjadi langganan tetap karena merasa nyaman dengan keramahan dan kualitas rasa yang tidak pernah berubah. Perjuangan Jani juga tidak lepas dari dukungan keluarga. Ia bercerita bahwa suaminya membantu menyiapkan bahan-bahan dari rumah. "Pagi-pagi dia bantu kukus Kue Pao, saya yang jualan," katanya.

Sore itu, langit mendung menggantung di atas Kota Medan. Jani dengan sabar melayani pelanggan terakhirnya sebelum menutup lapaknya. Tangannya yang cekatan membungkus Kue Pao, wajahnya tetap ramah walau tubuh terlihat letih. "Alhamdulillah, habis juga hari ini," ucapnya lirih sambil menyapu peluh di keningnya.

Di balik wajah sederhana dan etalase kecilnya, Jani menyimpan harapan besar. Harapan akan masa depan yang lebih baik untuk orang tuanya, harapan agar usahanya berkembang, dan harapan agar selalu diberi kekuatan. Ia adalah potret nyata dari semangat perempuan yang tidak hanya tangguh, tetapi juga penuh cinta dalam setiap langkahnya. Setiap rupiah yang ia kumpulkan menjadi simbol dari perjuangan yang jujur dan bersih. Dalam kesederhanaannya, Jani juga menunjukkan nilai-nilai luhur yang mulai jarang ditemukan: kejujuran, kerja keras, dan rasa syukur.



Tulisan ini kiriman dari Hasanatul Mardliyah Br Tambunan, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, untuk tugas Teknik Menulis Feature dan Opini. Sudah disesuaikan dengan kebutuhan pemberitaan di Kitakini.news. (*)


Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: M Iqbal
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Es Kelapa Aidil Akbar: Menyegarkan harapan yang di bakar oleh Terik nya kota Medan

Es Kelapa Aidil Akbar: Menyegarkan harapan yang di bakar oleh Terik nya kota Medan

Sumut Diusulkan jadi 4 Provinsi, Ini Kata Pengamat

Sumut Diusulkan jadi 4 Provinsi, Ini Kata Pengamat

Pendidikan Dialogis Kunci Merawat Keberagaman

Pendidikan Dialogis Kunci Merawat Keberagaman

Video Teaser Film ‘13 Bom di Jakarta’ Resmi Dirilis, Terinspirasi Kejadian Nyata

Video Teaser Film ‘13 Bom di Jakarta’ Resmi Dirilis, Terinspirasi Kejadian Nyata

Komentar
Berita Terbaru