Dari Rasa Kasihan Jadi Rejeki Perjuangan: Buk Jani Menafkahi Hidup Lewat Bakpao

Kitakini.news - Di sudut jalan depan Masjid Al Jihad, Medan, seorang perempuan berjilbab hitam dengan baju biru lusuh tampak sabar menata dagangannya. Namanya Buk Jani, usianya 28 tahun. Sejak pagi hingga magrib, ia berdiri di bawah terik matahari atau hujan yang sesekali mengguyur kota. Di hadapannya, puluhan bakpao aneka rasa berjejer rapi, menjadi saksi bisu perjuangannya setiap hari.
Baca Juga:
Sudah sejak tahun 2022, Buk Jani menekuni pekerjaan ini, dengan berjualan bakpao isi cokelat, kacang hijau, kacang merah, ayam, hingga inti kelapa. Bukan hanya soal rasa, bakpao yang ia jajakan juga punya makna: simbol perjuangan, pengorbanan, dan harapan seorang perempuan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.
"Awalnya saya bantuin orang jualan karena kasihan. Lama-lama saya terusin sendiri," ujarnya sambil melayani pembeli dengan senyum tulus meski wajahnya tampak lelah.
Setiap biji bakpao dijual seharga Rp9.000. Dalam sehari, ia bisa mendapatkan sekitar Rp70.000. Jumlah yang tidak besar, tapi cukup untuk menyambung hidup. Ia tak pernah mengeluh. "Berapa pun hasilnya, tetap harus disyukuri," katanya lirih.
Buk Jani bukan sekadar pedagang kaki lima. Ia adalah potret kegigihan. Dalam diam dan peluh, ia menolak kalah oleh keadaan. Tak ada kata gengsi, tak ada malu. Meski berpendidikan seadanya, ia paham bahwa kerja keras adalah jalan menuju harga diri dan kemandirian.
Ia pun mulai berpikir lebih jauh. "Kalau bisa nanti saya pengin buka usaha sendiri yang lebih besar. Biar dagangan makin ramai," ujarnya dengan mata berbinar.
Kue bakpao mungkin bukan hal baru di Indonesia. Namun di tangan Buk Jani, panganan ini berubah menjadi bentuk inovasi. Ia menghadirkan variasi rasa yang beragam agar menarik perhatian pembeli. Usahanya tak sia-sia, pembeli mulai berdatangan, banyak yang menjadi pelanggan setia.
Persaingan di kota besar seperti Medan bukanlah hal mudah. Tapi Buk Jani terus bertahan. Baginya, semangat tidak boleh padam hanya karena kesulitan. Ia adalah gambaran nyata bahwa sukses tak selalu datang dari panggung megah atau latar belakang istimewa, tetapi dari ketulusan dan konsistensi dalam berjuang.
Kisah Buk Jani menyentuh hati siapa pun yang mendengarnya. Ia adalah perempuan tangguh yang memilih berdiri di tengah kerasnya hidup, bukan untuk mengeluh, tapi untuk terus melangkah.
Penulis bernama Hasanatul Mardliyah Br Tambunan, mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,Nim :0603223100.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhiTugas Teknik Menulis Feature dan Opini