Pembekuan Sel Telur Jadi Tren di Taiwan

Baca Juga:
Melansir berbagai sumber, Rabu (5/2/2025), sebuah studi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan menemukan lonjakan mencapai 86 persen pada jumlah wanita yang membekukan sel telur selama beberapa tahun terakhir.
Umumnya, wanita yang membekukan sel telur berusia sekitar 35-39 tahun.
Praktik ini mulai ramai pada 2022 lalu, saat pandemi Covid-19 perlahan mereda.
Belasan fasilitas kesehatan di Taiwan pun telah menawarkan layanan pembekuan sel telur.
"Klinik bahkan telah membekukan sel telur pada lebih dari 800 wanita," ujar Lai Hsing-Hua, pendiri bank telur pertama di Taiwan, Stork Fertility Clinic.
Pertanyaannya, kenapa? Pasalnya, Taiwan merupakan negara dengan tingkat kesuburan yang rendah di dunia.
Dengan angka kesuburan rata-rata 0,89 per wanita, Taiwan jadi salah satu yang terendah tepat di belakang Korea Selatan dan Hong Kong
Vivian Tung, salah satu wanita yang membekukan sel telurnya, mengatakan banyak wanita Taiwan yang mandiri, fokus pada karier, dan tak mau mencari suami atau menikah hanya karena ingin memiliki anak.
Dan, wanita lajang di Taiwan boleh melakukan praktik tersebut. Namun, penggunaan sel telur nantinya hanya diperbolehkan dalam pernikahan heteroseksual.
Tung berharap agar pemerintah dapat mengubah peraturan yang memungkinkan wanita lajang untuk bisa memiliki anak di masa depan.
"Dalam beberapa tahun, undang-undang Taiwan diliberalisasi karena tren atau kesadaran masyarakat yang meningkat tentang masalah ini dapat membantu pemerintah melakukan perubahan," ujar Tung.
Artinya, dengan adanya aturan yang diharapkan Tung tersebut, wanita Taiwan tak perlu ramai-ramai membekukan sel telurnya untuk masa depan.

Gegara AC, Pengantin Wanita Batalkan Pernikahan

Sindrome Patah Hati Bikin Pria Lebih Rentan Meninggal Dunia

Dibanding Pria, Wanita Lebih Kuat Lawan Sakit

Minum Obat Hormon Sehari Dua Kali Bikin Ibadah Haji Lancar

Gaet Mika Tambayong Jadi Duta, Taiwan Genjot Promosi Wisata Romantis, Alam, Kuliner, dan Belanja untuk WNI
