Minggu, 06 Oktober 2024

Dampak Infobesity Pada Pemilih Pemula

Heru - Senin, 23 Oktober 2023 20:05 WIB
Dampak Infobesity Pada Pemilih Pemula
Gorby
Fatah Baginda Gorby Siregar

kitakini.news -Generasi Millenial dan Gen-Z bisa dikatakan sebagai pemilih terbanyak pada tahun 2024. Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU) dalam keterangan resminya, sebanyak 52 persen pemilih berasal dari kaum muda pada 2024.

Baca Juga:

Pemilih muda ini akan menjadi bahan rebutan para peserta pemilu. Beragam isu akan tersaji guna memikat para pemilih muda. Isu-isu yang menjadi pilihan, biasanya sarat dengan keterkaitan calon kepada sang pemilih.

Keterkaitan ini lebih meluas, tidak hanya masalah, isu-isu korupsi, kemiskinan, kesejahteraan dan kompetensi. Akan tetapi, keterkaitan yang juga kepada keberpihakan, kesetaraan calon dalam melihat olahraga, games, fashion, gaya hidup apapun yang berbau dengan kekinian.

Pemilih millenial dan Gen-Z pada akhirnya akan melakukan re-distribusi informasi pada kalangannya sendiri. Banjirnya arus informasi saat ini, diyakini memudahkan pemilih muda dalam mendapatkan referensi memilihnya. Akan tetapi, banjir tersebut akan memunculkan infobesity - ledakan informasi.

Infobesityatauinformation obesity(obesitas informasi) adalah kondisi ketika seseorang dihadapkan pada banyaknya pilihan informasi yang berdampak pada proses pengambilan keputusannya, (Tempo, Agustus 2023).

Maka fungsi identifikasi, verifikasi yang menjadi ranah literasi digital maupun konvensional harus ditingkatkan. Di tengah arus yang begitu deras, esensi informasi harus berbasis data dan fakta.

Demokrasi yang sehat memiliki pra-syarat ketersediaan informasi publik yang transparan dan akuntabel. Saat ini, kita disajikan dalam sebuah drama politik dengan berbagai narasi dari sudut pandang yang berbeda.

Drama itu terkemas rapi pada berbagai konten sesuai selera pembuat agenda setting. Konten-konten itu berseliweran pada medsos dan platform medianya anak-anak muda.

Akurasi, ketepatan, keteraturan, berimbang, tidak lagi menjadi indikator penyedia informasi. Kita sudah masif melahap informasi yang cenderung subjektif.

Sehingga, ujung dari masalah ini, seseorang dapat mengalami fanatisme buta, hanya karena satu informasi yang ia percaya.

Guru saya, romo Franz Magnis-Suseno (1986) di dalam bukunya, pernah menukil kisah Syndrome Tikus lemming. Jenis hewan pengerat yang berasal dari negara Skandinavia utara dan Skotlandia. Lemming ini, hidup soliter, bergerombol pada dataran tinggi. Akan tetapi ada satu waktu, rombongan tikus ini bergerak bersama-sama ke suatu arah.

Oleh karena jumlahnya yang begitu banyak, tidak ada yang mampu menghentikan pergerakan tikus ini. Semuanya bergerak secara serentak, secara sadar berjalan terus hingga ke tepi suatu jurang di dataran tinggi.

Di sana, mereka akan terus berjalan hingga jatuh bersama-sama ke dasar laut di bawah jurang itu. Semua tiada tersisa hingga lemming terakhir.

Pola migrasi lemming ini yang sebagian orang mengatakan bunuh diri massal ini, dapat dikatakan hampir sama dengan generasi sekarang.Kita bergerak bersama-sama, serentak, dengan seluruh kesibukan masing-masing, ke satu arah, yaitu jurang, untuk kemudian binasa bersama-sama.

Kendati akan ada lemming yang selamat, oleh karena, ia berhasil berenang atau diselamatkan oleh ayahnya, tetap saja mayoritas tikus itu binasa.

Binasa karena dis-informasi, kebenaran semu, fanatisme buta dan kekacauan. Keadaan ini kemudian diperparah dengan perwakilan anak muda yang maju pada kontestasi pemilu akan datang.

Anak-anak muda yang sebagian besar mendapatkan kemudahan aksesibilitas dalam politik. Tanpa proses, latihan, penggembelengan dan lainnya. Pada akhirnya menciptakan pemimpin kualitas salon.

Bila praktik-praktik penyelewengan masa lampau, tetap dilakukan oleh anak muda yang ikut berkontestasi pada pemilu ini, maka bangsa ini akan semakin surut ke belakang.

Adanya pemilih dengan 'klaim kebenaran' tunggal dan pemimpin muda manipulatif dengan segala ilusi yang ada padanya.Fenomena ini, harus segera disadari seluruh komponen bangsa, untuk menghindari kekacauan yang lebih besar.




Penulis: Fatah Baginda Gorby Siregar (Mantan jurnalis, akademisi, Tenaga Ahli DPRD Sumut)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Heru
SHARE:
Tags
Berita Terkait
dr Mustafa Kami Adam Apresiasi PN Jakpus Yang Tak Menerima Gugatan Aulia Agsa

dr Mustafa Kami Adam Apresiasi PN Jakpus Yang Tak Menerima Gugatan Aulia Agsa

Sebanyak 43 Daerah Berpotensi Gelar Pilkada 'Lawan Kotak Kosong'

Sebanyak 43 Daerah Berpotensi Gelar Pilkada 'Lawan Kotak Kosong'

Pelantikan 30 Anggota DPRD Padangsidimpuan Periode 2024-2029, Ini Namanya

Pelantikan 30 Anggota DPRD Padangsidimpuan Periode 2024-2029, Ini Namanya

Tren Fashion Milenial: Tampil Stylish di Usia 30-an dengan Tips dari Cecil Xu

Tren Fashion Milenial: Tampil Stylish di Usia 30-an dengan Tips dari Cecil Xu

Dipecat NasDem, Aulia Agsa Menggugat, Ini Kata Pengamat

Dipecat NasDem, Aulia Agsa Menggugat, Ini Kata Pengamat

Tri Bidik Pemberdayaan 100 Ribu Gen Z  Sumatera

Tri Bidik Pemberdayaan 100 Ribu Gen Z Sumatera

Komentar
Berita Terbaru