Banggar DPR-RI Wanti-Wanti Pemerintah Penyaluran Bansos Jangan Dipolitisasi
![Banggar DPR-RI Wanti-Wanti Pemerintah Penyaluran Bansos Jangan Dipolitisasi](https://cdn.kitakini.news/uploads/images/202401/_8076_Banggar-DPR-RI-Wanti-Wanti-Pemerintah-Penyaluran-Bansos-Jangan-Dipolitisasi.png)
Kitakini.news - Ketua Badan Anggaran DPR-RI, Said Abdullah mewanti-wanti pemerintah agar penyaluran bantuan sosial (Bansos) dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran. Hal ini harus dilakukan, karena untuk menghindari politisasi Bansos menjelang Pemilu 2024.
Baca Juga:
"Dan sejatinya mekanisme penyaluran Bansos itu melalui Kementerian Sosial (Kemensos) RI dengan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) serta sesuai Tupoksi atas dasar perintah Undang-Undang," tegas Said kepada wartawan di Jakarta, Kamis (4/1/2024).
Said juga menekankan, bahwa Bansos adalah hak rakyat, karena dipungut dari pajak rakyat dan penghasilan bukan pajak yang diterima negara dari kekayaan alam di Indonesia, bukan milik pemerintah.
"Kebijakannya kita desain bersama di DPR. Pemerintah statusnya hanya menyalurkan kebijakan yang telah disepakati bersama antara pemerintah dan DPR. Jadi, tidak elok kalau ada pejabat pemerintah, program bansos adalah karena belas kasihan atau kemurahan hati pemerintah. Namun, itu memang hak rakyat yang wajib diberikan," beber Said.
Said juga menanggapi berbagai spekulasi tentang kenaikan laju belanja di akhir tahun, bahwa perlu membandingkan rekam jejak pada belanja di tahun-tahun sebelumnya. Jika dilihat memang selalu ada upaya optimalisasi serapan menuju akhir tahun.
Said pun mengungkapkan, masing-masing pos belanja sudah direncanakan dalam Perpres No. 75 tahun 2023. "Kalau ada serapan maksimal dari 85 persen bisa naik 102 persen, atau kenaikan 17 persen di akhir tahun un-audited tentu itu bukan semuanya untuk belanja bansos," ungkap Said
Masih kata Said, belanja negara terpecah pecah ke dalam banyak pos belanja. "Semisal anggaran rutin untuk alokasi belanja pegawai, di akhir tahun biasanya ada penghitungan tunjangan kinerja, selain itu ada juga serapan belanja modal, kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang, belanja subsidi, dan belanja daerah yang dialokasi melalui TKDD," tandasnya. (**)
![Di Markas PBB, Fadli Zon Pertanyakan Standar Ganda Demokrasi](https://cdn.kitakini.news/image/0.png)
Di Markas PBB, Fadli Zon Pertanyakan Standar Ganda Demokrasi
![DPR: Kecuali Ruangan, Pelayanan Medis BPJS Tak Ada Bedanya Dengan Pasien Lain](https://cdn.kitakini.news/image/0.png)
DPR: Kecuali Ruangan, Pelayanan Medis BPJS Tak Ada Bedanya Dengan Pasien Lain
![Persiapan PSU untuk Calon DPD RI Dapil Sumbar, Ini Persiapan KPU Padang](https://cdn.kitakini.news/image/0.png)
Persiapan PSU untuk Calon DPD RI Dapil Sumbar, Ini Persiapan KPU Padang
![Bansos Presiden Dikorupsi, KPK: Jumlahnya Enam Juta Paket](https://cdn.kitakini.news/image/0.png)
Bansos Presiden Dikorupsi, KPK: Jumlahnya Enam Juta Paket
![Komite PBB Minta Indonesia Bantu Yakini Negara-negara Lain Terima Palestina Sebagai Anggota Penuh](https://cdn.kitakini.news/image/0.png)
Komite PBB Minta Indonesia Bantu Yakini Negara-negara Lain Terima Palestina Sebagai Anggota Penuh
![Pemberhentian Ketua KPU-RI Tak Akan Ganggu Pelaksanaan Pilkada 2024](https://cdn.kitakini.news/image/0.png)