Tingginya Konflik Dengan Manusia, Populias Gajah Sumatera Diambang Kepunahan
Kitakini.news - Populasi Gajah Sumatera di Provinsi Riau terus mengalami penurunan semenjak 20 tahun terakhir. Terus berkurangnya jumlah Gajah Sumatera ini disebabkan banyaknya konflik dengan manusia seperti perburuan liar dan berkurangnya wilayah hutan yang terus di rambah dan dijadikan areal perkebunan kelapa sawit, jalan tol, serta perumahan.
Baca Juga:
MenurutFounder Rimba Satwa Foundation Zulhusni Syukri,jumlah Gajah Sumatera yang ada di Provinsi Riau kini hanya sekitar 300 ekor, jumlah ini jauh berkurang selama 20 tahun terakhir sebanyak 69 persen.
"Berbagai cara dilakukan BKSDA Riau bersama RSF atau Rimba Satwa Foundation agar populasi gajah sumatera terus terjaga dan bertambah," imbuhnya kepada wartawan di Riau, Kamis (15/8/2024).
Zulhusni juga menjelaskan bahwa melalui sistem navigasi berbasis satelit yaitu GPS Collar dari BKSDA Riau dibantu dari Pertamina Hulu Rokan sebanyak 6 unit yang dipasang di setiap ketua kelompok gajah sumatera.
"Dari sistem GPS Collar ini keberadaan gajah sumatera jadi bisa terpantau dan konflik gajah dengan manusia bisa dihindari," ucapnya.
Menurut data dari Rimba Satwa Foundation sepanjang tahun 2021 sampai tahun 2023 terdapat 178 jumlah konflik gajah dengan manusia, 156 diantaranya dapat diatasi dengan baik berkat teknologi GPS Collar ini.
Selain GPS Collar, untuk mencegah konflik gajah dengan manusia, Pertamina Hulu Rokan Bersama KLHK, BKSDA dan RSF, membina masyarakat desa yang berada di jalur perlintasan gajah, melalui program Agrofrorestri.
Melalui program Agrofrorestri untuk lestari ini masyarakat diberi bantuan bibit pohon tanaman yang bernilai ekonomi dan tidak disukai oleh gajah seperti, alpukat, durian, petai, jengkol, matoa dan kakao, untuk ditanam di lahan kosong di jalur perlintasan gajah yang ada di desa-desa.
Di pusat pembibitan Agroforestri mitra Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan di Kecamatan Batin Solapan, Duri, Kabupaten Bengkalis, inilah berbagai macam tanaman di kembangkan untuk membantu masyarakat desa yang ada di Riau.
Langkah ini dilakukan agar gajah tidak lagi merusak kebun masyarakat, dan bisa menambah penghasilan masyarakat dari memperoleh hasil kebun.
Program ini juga untuk mendukung ketahanan pangan, dan meningkatkan ekonomi masyarakat, serta pemulihan pungsi hutan, sebagai habitat satwa, dan pengurangan potensi konflik gajah dengan manusia. (**)