Ini Tiga Sebab Harga Obat di Indonesia Lima Kali Lipat dari Malaysia
Nah, Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Muchamad Nabil Haroen punya jawabannya. Melansir berbagai sumber, Selasa (9/7/2024), perbedaan harga tersebut timbul karena beberapa harga.
Baca Juga:
Pertama, menurunya adalah inefisiensi dalam tata kelola perdagangan sektor kesehatan menjadi salah satu faktor utama.
Inefisiensi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari proses distribusi, regulasi, hingga mekanisme pengadaan yang belum optimal.
"Kedua, biaya-biaya tambahan yang muncul dari proses tata kelola yang kurang transparan turut berkontribusi pada tingginya harga obat," katanya.
Biaya-biaya ini, menurutnya, mungkin berasal dari jalur distribusi yang panjang, biaya administrasi yang tidak perlu, dan berbagai pungutan lain yang seharusnya bisa dihindari.
Kemudian ketiga, adanya perbedaan dalam kebijakan harga dan regulasi antara kedua negara. Di Malaysia memiliki mekanisme pengendalian harga obat yang lebih ketat dan efektif dibandingkan di Indonesia.
Untuk menekan mahalnya harga obat, Nabil mengatakan intervensi negara sangat diperlukan. Misalnya, meningkatkan transparansi dan efisiensi tata kelola, serta memperbaiki sistem distribusi dan pengadaan obat.
Selain itu juga regulasi yang lebih ketat, menerapkan regulasi yang lebih ketat terkait harga obat dan mengawasi pelaksanaannya agar tidak ada pihak yang mengambil keuntungan berlebihan dari harga obat yang tinggi.
Kemudian juga pentingnya penguatan pemerintah dalam mengambil peran lebih aktif dalam mengatur dan mengawasi harga obat di pasaran.
"Termasuk dengan memberikan subsidi atau insentif bagi produsen obat dalam negeri," cetusnya.
Dan, dua pekan ke depan, sambungnya, akan ada rapat lanjutan untuk membahas hasil kajian mendalam dari berbagai kementerian dan lembaga terkait.
"Kami di DPR RI siap mendukung langkah-langkah yang akan diambil pemerintah untuk memastikan harga obat lebih terjangkau bagi masyarakat," pungkasnya.*