Gibran Sebut 'Green Inflation', Jadi Topik Hangat dalam Ajang Debat Cawapres

Baca Juga:
Gibran menyebut 'Green Inflation' sebagai pertanyaan yang ia tujukan kepada cawapres nomor urut 3, Mahfud MD.
Istilah 'Green Inflation' ini lantas menjadi topik hangat dalam ajang debat cawapres tersebut.
Secara singkat, dilansir dari Philonomist, Senin (22/1/2024), Green inflation mengacu pada kenaikan harga bahan mentah dan energi sebagai akibat dari transisi hijau.
Ungkapan "green inflation" mencerminkan pengertian bahwa kenaikan harga dapat bersifat jangka panjang, seiring dengan upaya negara-negara untuk memenuhi komitmen lingkungan.
Meningkatnya pengeluaran untuk teknologi bebas karbon menyebabkan kenaikan harga bahan-bahan yang strategis untuk infrastruktur tersebut.
Sementara itu, intensifikasi peraturan lingkungan hidup yang membatasi investasi pada proyek pertambangan yang berpolusi tinggi juga membatasi pasokan bahan baku, yang juga mengakibatkan kenaikan harga.Oleh karena itu, transisi hijau menjadi lebih mahal karena penerapannya lebih luas.
Pajak karbon, yang masuk akal dari sudut pandang lingkungan hidup, menyebabkan harga bahan bakar naik.Hal itulah yang memicu gerakan protes Rompi Kuning di Prancis pada tahun 2018.
Dari strategi segi logam, harga litium yang digunakan untuk membuat baterai mobil listrik meningkat sebesar 400% pada tahun 2021. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, sementara permintaan litium diperkirakan akan meningkat sebanyak 40 kali lipat pada tahun 2040.
Hal yang sama berlaku untuk aluminium, yang digunakan untuk menghasilkan energi surya dan angin, yang harganya naik dua kali lipat antara tahun 2021 dan 2022, dan mencapai titik tertinggi sepanjang masa.Tren ini juga diperkirakan akan bertahan lama, karena Tiongkok, yang memproduksi 60% dari seluruh aluminium, telah memutuskan untuk membatasi produksi pabrik baru yang berpolusi tinggi, untuk mencapai netralitas karbon.
Namun dengan adanya inflasi hijau, negara dihadapkan pada pilihan lain, antara keadilan sosial dan darurat lingkungan hidup.
Meskipun sebetulmya terdapat beberapa trik untuk membantu meringankan biaya transisi ramah lingkungan.Pada tahun 2021, masyarakat Perancis yang keberadaannya rendah diberikan "pemeriksaan energi".Daur ulang baterai mobil listrik, yang akan dimulai secara massal pada akhir "siklus hidup" pertamanya, sekitar tahun 2030, akan menyediakan logam yang dibutuhkan dunia untuk menghasilkan teknologi ramah lingkungan.
Dan yang terakhir, melalui Kesepakatan Hijau, UE bertujuan untuk menjamin "transisi yang adil secara sosial", dengan menciptakan dana sosial untuk perubahan iklim, yang bertujuan untuk mengatasi kemiskinan terkait biaya energi dan mobilitas.
Oleh karena itu, lebih dari 70 miliar euro akan dibebaskan dari tahun 2025 hingga 2032, untuk memberikan insentif kepada masyarakat dan dunia usaha agar berinvestasi pada sumber energi alternatif, isolasi bangunan, dan transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Gubernur Sumut Bobby Nasution Dampingi Wapres Sapa Calon Jemaah Haji

100 Hari Prabowo-Gibran, Berikut Harapan dan Tantangan dalam Transisi Energi dari IESR

IESR Desak Pemerintah Tingkatkan Aksi Nyata Capai Target Nol Emisi

Kunker ke Langkat, Wapres Gibran Beri Bantuan Alsintan dan Benih Padi Jagung

Wapres Gibran Tinjau Gerbang Tol Tanjungpura, Pastikan Kelancaran Nataru
