Aria Bima: Pemberian Sembako dan Politik Uang Pengingkaran Terhadap Aspek Pilihan Demokrasi
Kitakini.news -Rakyat haruslah dilibatkan dalam proses berdemokrasi substansial pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan diselenggarakan, Rabu (27/11/2024) mendatang
Baca Juga:
"Pasca reformasi itu menegasikan pemilihan oleh anggota DPR, rakyat harus diikutsertakan di dalam proses berdemokrasi substansial untuk mewujudkan demokrasi dalam kesejahteraan," cetus Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Aria Bima melansir dari laman Gesuri.id, Selasa (13/8/2024)
Menurut Aria, penyadaran proses berdemokrasi pada ajang kontestasi
politik ini tidak hanya memilih calon kepala daerah tetapi juga proses
pendidikan politik bagi rakyat dan elit.
"Jadi situasi objektif yang saat ini muncul adalah gejala dominasi elit menggunakan Money Politics dan Sembakonisasi. Memang rakyat senang tapi rakyat tidak bisa silahkan (Mengikuti), rakyat menerima karena butuh," imbuhnya.
Aria juga menilai politik uang dan pemberian Sembako merupakan
pengingkaran terhadap aspek pilihan demokrasi oleh kalangan elit dan tidak
adanya pembelajaran pada publik.
"Ini adalah suatu bahaya terhadap sistem demokrasi itu sendiri
dan produk demokrasi untuk memilih kepala daerah dengan baik," cetusnya.
Menurutnya, partisipasi rakyat di era demokrasi penting, apalagi jika
kepala daerah tersebut ingin mewujudkan kesejahteraan rakyat dan menggerakkan
berbagai sektor ekonomi.
"Termasuk juga membangun suasana yang teduh dan nyaman pada lima tahun ke depan. Ini harus dimulai bahwa hajatan publik ini adalah hajatan rakyat, bukan hajatan partai politik atau hajatan tim suksesnya," bebernya.
Aria Bima berharap tidak ada pihak yang mengubah proses kontestasi
pilkada mendatang menjadi proses kontestasi elit atau partai politik, bahkan
tim sukses.
"Apalagi jadi hajatan domestik yang disebut politik dinasti itu.
Untuk itulah di dalam kontestasi, sah memberikan ruang berbeda. Tapi saya
tegaskan lagi perbedaan calon kepala daerah, baik wali kota, bupati, atau
gubernur adalah suatu keniscayaan sebagai kontestasi teman bermain, bukan
musuh," paparnya.
Masih kata Aria Bima, meski ada perbedaan pilihan, persatuan tetap harus dikedepankan. "Karena setelah kontestasi kita bersatu lagi, siapa yang terpilih adalah kepala daerah kita bersama. Ini harus dimulai dari kalangan elit. Maka pertemuan antartokoh, antarpartai politik lintas partai pengusung di antara calon peserta pilkada adalah hal yang penting untuk memberikan kesejukan," tandasnya. (**)
INALUM Gelar 12 Titik Pasar Murah di Sumut
Klarifikasi Maruli Siahaan : Saya Tidak Bela TPL
Garda Pemuda NasDem & PSP Center Tebar 2000 Paket Sembako
Posko Bencana Pemprovsu Terima Bantuan Logistik dan Internet Gratis dari Komdigi
Komisi III DPRD Sidimpuan Salurkan Sembako ke Hanopan