Bentrok Tim Terluka: Ajax dan Benfica Berebut Napas Hidup di Liga Champions
Baca Juga:
Krisis dan Tekanan bagi Ajax
Ajax tengah berada dalam masa sulit. Mereka kehilangan pelatih John Heitinga beberapa waktu lalu, dan kini ditangani oleh pelatih sementara Fred Grim.
Secara domestik, performa mereka juga mengecewakan. Baru-baru ini mereka mengalami kekalahan kandang perdana melawan Excelsior Rotterdam dan merosot ke posisi keenam di Eredivisie, terpaut jauh dari pemuncak klasemen.
Grim tidak menutup mata terhadap tekanan besar yang mereka hadapi.
"Banyak hal terkait dengan kepercayaan diri. Saat segala sesuatunya berjalan baik, semuanya terasa alami," ujarnya dalam konferensi pers.
Ia menegaskan bahwa kemenangan melawan Benfica akan menjadi kunci untuk membangun kembali rasa percaya diri tim.
"Taruhannya sangat tinggi,kami ingin menghapus catatan nol poin kami," ucapnya.
Grim juga berbicara langsung kepada para suporter, meminta dukungan penuh untuk menciptakan malam Liga Champions yang klasik di Amsterdam.
"Kami sangat butuh fans, saya harap kita bisa merasakan suasana Liga Champions yang lama," ujarnya.
Benarkah Benfica Bisa Bangkit?
Situasi di kubu Benfica tidak lebih tenang. Di bawah asuhan José Mourinho, mereka datang ke Amsterdam dengan tekanan besar. Meski hasil di liga belum terlalu menghancurkan, performa tim tetap menuai kritik dari sang pelatih.
Mourinho secara terbuka mengkritik sikap beberapa pemain setelah pertandingan Piala Portugal, menyebut bahwa ia ingin melakukan sembilan pergantian di babak pertama karena mentalitas tim yang menurutnya "tidak serius".
"Banyak pemain yang tidak serius, tidak menghadapi segalanya seperti seharusnya. Pada paruh waktu, saya membuat empat pergantian, tetapi saya sebenarnya ingin mengganti sembilan," ucapnya.
Namun, Mourinho juga menunjukkan sisi introspektif. Dalam kritik tersebut, ia mengakui bahwa tanggung jawab tetap berada di pundaknya.
"Saat saya mengkritik tim dan para pemain, saya juga mengkritik diri saya sendiri karena gagal mengeluarkan yang terbaik dari mereka," ucapnya.
Selain itu, Mourinho sempat menegur seorang wartawan dalam konferensi pers menjelang laga melawan Ajax. Ketika ditanya soal performa tim dan tekanan yang ia hadapi, Mourinho merespons dengan tajam.
"Apakah ayahmu selalu bersikap baik kepadamu?" ujarnya ,sebuah respons yang menunjukkan meningkatnya ketegangan menjelang pertandingan besar ini.
Karena kedua tim sama-sama belum meraih poin, laga ini dapat dianggap sebagai pertandingan "hidup atau mati" di fase grup. Kemenangan bisa menyelamatkan harga diri dan peluang kompetitif masing-masing tim.
Ajax kemungkinan akan tampil menekan sejak awal, memanfaatkan dukungan kandang dan motivasi untuk bangkit, meski mereka masih lemah di lini belakang dan sedang berada dalam tekanan mental besar.
Benfica, dengan Mourinho sebagai pelatih, hampir pasti akan bermain dengan struktur yang lebih disiplin dan fokus menjaga mentalitas juang. Kritik Mourinho dapat menjadi pemicu, atau justru beban, tergantung bagaimana respons para pemain.
Jika Ajax mampu menemukan tempo permainan dan rasa percaya diri lebih cepat, mereka memiliki peluang kuat. Namun, jika Benfica berhasil mengatasi tekanan dan menunjukkan respons positif terhadap kritik Mourinho, mereka bisa saja mencuri kemenangan penting.
Sumber: Reuters, Talksport, Cadena SER
Hasil Liga Champions: Manchester City Perkasa, Barcelona Tersendat, Galatasaray Kejutkan Ajax
Liverpool Akhiri Rekor 15 Kemenangan Beruntun Real Madrid di Anfield, The Reds Back on The Track?
Anfield Bergemuruh! Sundulan Mac Allister Tumbangkan Real Madrid, Liverpool Is Back!
Liverpool vs Real Madrid: Laga Sarat Emosi, Xabi Alonso Kembali ke Anfield sebagai Musuh
Haaland Catat 17 Gol dari 13 Laga, Berpeluang Lampaui Rekor Pribadi di Manchester City