Dua Anggota DPRD Sumut Ini Nilai Disdik Sumut Tak Serius Tangani Honor GTT

Kitakini.news -Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRD Sumut), dr Poaradda Nababan menyesalkan kinerja Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Sumut Asren Nasution yang tidak serius mengurusi persoalan honor Guru Tidak Tetap (GTT) di provinsi ini.
Baca Juga:
"Apa
kerja Disdik Sumut itu. Mengelola pagu anggaran di P-APBD Tahun yang sudah disetujui
DPRD Sumut dan Pemprovsu saja tidak becus, dan tak profesional, khususnya
membayar honor GTT yang tidak penuh. Kan kasihan para GTT itu. Mengajar penuh
sebulan, dibayar setengah. Padahal anggarannya sudah ada. Kalau ditanya, Pergub
nya belum di tandantangani. Itu saja alasan mereka itu. Apa mereka gak
berfikir, GTT itu kan juga punya keluarga. Mengajar butuh minya untuk kendaraan
mereka," tegas Poaradda kepada wartawan di ruang kerjanya gedung dewan Jalan Imam
Bonjol Medan, Kamis (26/10/2023).
Hal
ini dibeberkan Politisi senior PDI Perjuangan ini merespon laporan GTT yang
mengeluhkan pembayaran honor mereka yang tidak penuh.
Maka
dari itu, Poaradda sangat menyesalkan kondisi tersebut yang diduga terjadi
akibat tidak cermatnya pengalokasian anggaran bidang pendidikan yang harusnya
jadi Mandatory Spending (kewajiban).
"Ini
kita dengar tadi honor bulan Juli dan Agustus dibayar bulan Agustus dan pembayarannya
pun tidak penuh untuk per bulannya, ada yang menerima Rp1.600.000, ada yang
Rp1.500.000. Untuk bulan September-Oktober, dibayar bulan Oktober, kan bisa
mengganggu guru dalam mengajar anak didik. Sementara mereka diminta professional.
Tapi honor mereka dibayar tidak professional. Jadi kelihatan yang tidak professional
itu siapa," ketus Poaradda.
"Disdik
Sumut jangan selalu berlindung dibalik alasan klasik. Professional lah kalian
bekerja. Bayarlah keringat GTT itu dengan penuh," tukasnya.
Diketahui,
alokasi anggaran untuk GTT di APBD 2023 yang dibutuhkan Rp198 miliar, dan pagu
anggaran yang tersedia Rp137 miliar, sehingga terjadi kekurangan sebesar Rp61
miliar yang seharusnya ditampung di P-APBD 2023.
Dari
Rp61 miliar itu yang disediakan hanya Rp 11 miliar untuk membayarkan honor GTT
selama 4 bulan.
"Kalau
Rp11 miliar yang dibayarkan dari kekurangan pagu anggaran Rp 61 miliar, yang
sedianya akan dibayarkan untuk honor GTT bulan September s/d Desember 2023
selama 4 bulan, jelas tidak memadai," katanya.
Alasannya,
kebutuhan GTT setiap bulan berkisar sebesar Rp16 miliar, dengan jumlah jam
mengajar sekitar 188.800-an jam.
Poaradda
berpendapat, kekurangan honor GTT tampaknya tidak dicermati dari awal. "Ini
termasuk dalam pelayanan dasar, sehingga alokasi anggarannya sudah diatur
sesuai undang-undang," sebutnya.
Dari
awal, lanjut Poaradda, dengan jumlah
guru di Sumut 8.700 orang harus dibuatlah hitung-hitungannya.
"8.700
orang dikali berapa besaran pokoknya per bulan dikali 12 bulan, itulah yang
diajukan. Tidak boleh ada yang dikurang-kurangi apapun alasannya, kemudian
anggaran jadi digeser atau dikurangi," katanya.
Sekarang
ini, sambung Poaradda, tidak zamannya lagi beli-beli aset. "Sudah banyak aset
kita," ujarnya.
Maka
dari itu, masih kata Poaradda, selayaknya Kadis Pendidikan harus profesional, mengerti
dan faham betul tentang pendidikan, karena pendidikan itu prioritas
pembangunan.
"Kalau
separuh-separuh itu nggak boleh dan enggak betul itu, karena kita punya
argumentasi dan ketentuan peraturan," imbuh Poaradda.
Hal
senada juga dikatakan Anggota DPRD Sumut Pdt Berkat Kurniawan Laoli yang
menyesalkan pembayaran honor GTT di Kepulauan Nias yang tidak sesuai dengan
jumlah jam mengajar untuk bulan Juli-Agustus.
"Dari
informasi yang saya terima, GTT ini diberi tugas mengajar sebanyak 24 jam
mengajar atau 22 jam mengajar (bergantung dari kebijakan sekolah). Dan ini
tentunya sudah dilaporkan Kepala Sekolah kepada Dinas Pendidikan Sumut secara
berkesinambungan," imbuh Berkat Laoli.
Berkat
mengungkapkan, bahwa persoalan kekurangan pembayaran honor GTT di Kepulauan
Nias ini juga sudah diteruskan kepada Ketua Komisi E DPRD Sumut dan ke Cabang
Dinas Pendidikan yang ada di Kota Gunungsitoli dan Teluk Dalam.
"Dan
Kacabdisnya membenarkan adanya kekurangan pembayaran honor GTT. Namun mereka
tidak mengetahuinya, karena tidak melalui mereka. Kacabdis ini tahu setelah
kejadian dan itupun setelah ada laporan," beber Politisi Muda Partai NasDem
ini.
Atas
kejadian yang memilukan ini, Berkat Kurniawan kemudian menelusuri ini dengan
menanyakan kepada Ketua Komisi E DPRD Sumut.
"Saat
saya tanyakan ini kepada Ketua Komisi E DPRD Sumut, beliau menjawab bahwa
terdapat kesalahan sekolah saat mengajukan. Menurut saya ini tidak masuk akal. Karena
tidak mungkin kepala sekolah mengajukan data yang tidak valid. Karena itu akan
membahayakan dan merugikan Kepsek itu sendiri," ketus Berkat.
Masih
kata Berkat, dirinya juga mendapat informasi bahwa Cabang Disdik yang ada di
Kota Gunungsitoli dan Teluk Dalam telah menggelar rapat dengan Kepsek. Atas petunjuk
Dinas Pendidikan Sumut, lalu mereka diminta untuk membuat permohonan terhadap
sisa honor GTT yang belum terbayarkan.
"Ini
malah tidak masuk akal. Emang semudah itu untuk mengeluarkan uangnya. APBD dan
P-APBD sudah disahkan. Harusnya Disdik Sumut memberikan penjelasan yang sebenarnya.
Kalau memang Pemprovsu sudah tidak ada uang, ya bilang. Atau kalau uangnya
sudah digunakan untuk yang lain, juga bilang. Jangan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
ini dibohongi," tandas Berkat seraya menambahkan bahwa dirinya juga mendapat
informasi kalau honor GTT untuk bulan September sudah dibayarkan, namun tetap
sama tidak penuh.
Maka
dari itu, Berkat mendesak agar persoalan kekurangan pembayaran honor GTT ini
menjadi perhatian serius Pj Gubsu Hassanudin. Sebab, sering sekali pembayaran honor
GTT ini tertunda. Padahal GTT itu butuh makan, mereka punya keluarga dan kendaraan
mereka untuk mengajar harus diisi pakai minyak.
"Intinya,
Disdik Sumut jujur saja. Kalau tak ada dana ya katakana. Saya yakin ini
kejadiannya se Sumut, bukan hanya Pulau Nias," pungkasnya.
Reporter: Heru Soesilo

Ahmad Hadian Dukung Pola Baru Bantuan Rumah Ibadah Yang Akan Dilakukan Bobby

Ricky Anthony Bantu Perobatan Warga Langkat Korban Laka Lantas di Aceh

Rony Situmorang Minta Perumda Tirtanadi Terus Berbenah

Megawati Zebua Ungkap Guru di Nias Sering Kelelahan Menuju Sekolah

Sutarto: Tak Boleh Ada Lagi Ada Kekerasan dan Diskriminasi Terhadap Perempuan
