Food Estate Humbang Hasundutan Butuh Pendampingan Berkelanjutan

Baca Juga:
Teks foto : Pengembangan kawasan Food Estate (FE) hortikultura berbasis korporasi di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), belum berjalan optimal. (Tulus)
Kitakini.news - Pengembangan kawasan Food Estate (FE) hortikultura berbasis korporasi di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara, belum berjalan optimal. Beberapa lahan sudah tidak dikerjakan, bahkan petani sekitar sudah beralih jenis tanaman dari sasaran unggulan yang komoditas.
Kawasan food estate yang berada di Desa Siria-ria Kecamatan Pollung ini, sebelumnya pernah dikunjungi dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 28 Oktober 2020.
Kawasan terbaru seluas 1.000 hektar ditargetkan menjadi sentra holtikultura terbaru, dengan jenis tanaman bawang putih, bawang merah dan kentang.
Pada awal pembukaannya pemerintah pusat memang memberikan bantuan kepada petani sepert pengolahan lahan, pupuk obat-obatan dan bibit. Namun mungkin karena komoditas tanaman tidak cocok dengan tanah sehingga hasilnya tidak maksimal.
Akibatnya, ada petani yang tidak lagi mengolah lahan tersebut dan banyak beralih tanaman seperti jenis cabe merah dan jagung yang dianggap cocok dengan tanah dan biaya lebih murah.
Warga juga mengeluhkan, fasilitas pertanian berupa bangunan embung kerap kering. Jaringan pipa distribusi air juga tidak berfungsi sehingga kebutuhan air untuk komoditi tanaman tersebut sangat kurang menjadi faktor petani setempat beralih tanaman.
Petani warga Desa Siria-ria, Janles Lumban Gaol, Sabtu (19/8/2023), mengakui pengembangan kawasan food estate memang sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.
Meski demikian Janes mengakui, banyak warga yang datang dari luar mengatakan bahwa food estate sudah terlantar atau tidak lagi diolah.
Dikatakannya, lahan yang tidak lagi diolah karena pemiliknya sudah tua dan anak-anaknya tidak tinggal di desa sehingga areal milik mereka terlantar.
Berbeda dengan sebagian lahan terlihat terlantar karena memang disengaja dengan alasan rotasi tanaman. Seperti dari tanaman bawang ke tanaman jagung.
Dikatakan Janles, yang menjadi masalah adalah kekurangan tenaga kerja dan pemasaran komoditi serta modal kerja.
“Untuk tanaman kentang, dibutuhkan modal sebesar seratus juta perhektarnya. Sementata harga jualnya masih sangat rendah,” keluh Janles.
Janles berharap pemerintah seharusnya tetap melakukan pendampingan dan pemberian bantuan agar kawasan food estate bisa menjadi sentra komoditi pertanian.
Kontributor: Azzareen

Pantur Banjarnahor Minta Gubsu Alokasikan Pengadaan Vaksin Flu Babi Avac ASF Live di APBD Sumut

BP Geopark Toba Tindaklanjuti Instruksi Gubsu Capai The Green Card

Banjir Bandang Kota Wisata Parapat Diduga Akibat Penebangan Liar, kata Penrad

Bobby Diharap Bisa Selesaikan Devisit Anggaran dan Mandiri Tanpa Pusat

3 Tahun Jadi Unit Usaha, Lambok Simamora Pertanyakan Pengelolaan Aset Pemprovsu di Humbahas
