Manaek Hutasoit: Petani Harus Dilindungi, Pemerintah Jangan Biarkan Harga Anjlok!

Kitakini.news - Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRD Sumut), Manaek Hutasoit, menyoroti secara tajam persoalan yang dihadapi para petani di wilayah Tapanuli dan sekitarnya. Dalam kunjungan kerjanya baru-baru ini, ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menjaga stabilitas harga dan keberlangsungan produksi pertanian, terutama komoditas strategis seperti Cabai.
Baca Juga:
"Petani kita sekarang tidak hanya menghadapi cuaca ekstrim seperti kemarau panjang, tetapi juga permainan harga di pasar. Kalau harga Cabai bisa jatuh ke Rp8.000 atau Rp10.000 per Kilogram, bagaimana mereka bisa hidup? Padahal hampir 90 persen masyarakat di dapil kami adalah petani," ujar Manaek kepada wartawan di gedung dewan, Jalan Imam Bonjol, Medan, Kamis (16/10/2025).
Manaek mengungkapkan, saat ini banyak lahan pertanian di Tapanuli mengalami penurunan produktivitas karena kerusakan unsur hara tanah. Untuk itu, ia mendorong agar pemerintah segera menurunkan tim ahli tanah ke daerah-daerah terdampak untuk melakukan pengujian pH dan kesehatan tanah.
"Kita tidak bisa terus-terusan biarkan petani bekerja tanpa jaminan. Pemerintah harus hadir dengan strategi yang berpihak, termasuk membentuk sistem penyangga harga. Jangan hanya intervensi saat harga tinggi saja," tambahnya.
Manaek Hutasoit juga meminta agar distribusi pupuk dan pestisida diawasi ketat agar tidak terjadi kelangkaan dan penyalahgunaan. Ia menegaskan bahwa upaya peningkatan hasil produksi tidak akan berhasil jika petani masih kesulitan mengakses sarana produksi yang layak dan terjangkau.
Politisi Partai Golkar ini juga menekankan, pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat tani untuk merumuskan kebijakan yang berkelanjutan.
"Kita butuh sistem penyangga yang jelas. Misalnya saat panen raya, pemerintah harus membeli hasil petani dengan harga pantas agar tidak rugi. Bangun juga infrastruktur seperti jalan usaha tani dan gudang penyimpanan," tegasnya.
Manaek juga mengkritik keras praktik tengkulak dan spekulan yang kerap memainkan harga di tingkat pasar. "Ada permainan dari hulu ke hilir. Dari kampung harga Rp70.000 per Kilogram sampai ke kota bisa Rp100.000. Ini jelas merugikan petani," tandasnya.
Sebagai solusi, Manaek mendorong pembentukan kelompok tani binaan dan sentra distribusi hasil pertanian yang benar-benar dijalankan secara serius, bukan hanya sebagai program seremonial.
"Petani kita tidak butuh janji, mereka butuh kepastian. Jangan sampai anggaran habis hanya untuk program tanpa hasil. Fokuslah ke hal-hal nyata: jalan tani, bibit unggul, pupuk tersedia, dan harga stabil," tukas wakil rakyat dari Dapil Sumut IX meliputi Kabupaten Samosir, Toba Tapanuli Utara (Taput), Humbang Hasundutan (Humbahas), Tapanuli Tengah (Tapteng) dan Kota Sibolga ini.
Dengan semangat membela kepentingan petani, Manaek Hutasoit berkomitmen akan terus mengawal kebijakan pertanian di DPRD Sumut, dan memastikan suara petani dari Dapil 9 tidak tenggelam di tengah derasnya arus kepentingan. (**)

Rayakan HUT ke-61, Golkar Padangsidimpuan Gelar Gotong Royong Bersihkan Masjid

Jalan Nasional di Samosir Amblas, Sejumlah Kendaraan Mutar Balik

Harga Pupuk Melambung di Taput dan Tapteng, Manaek Hutasoit Desak Pemerintah Turun Tangan

Ratusan Massa FORMAS Desak Usut Dugaan Penyelewengan Dana Desa Sejak 2017

Soal Kasus Lahan PTPN I, Subandi Desak Kejatisu Usut PT Ciputra Land
