Pantur Banjarnahor Minta Gubsu Alokasikan Pengadaan Vaksin Flu Babi Avac ASF Live di APBD Sumut

Kitakini.news - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara (DPRD Sumut) Pantur Banjarnahor, meminta Gubernur Sumut dan bupati/walikota di Sumut untuk segera mengalokasikan anggaran pengadaan vaksin Flu Babi (vaksin Avac ASF Live) Vietnam di APBD Sumut dan masing-masing kabupaten/kota, untuk menangkal Flu Babi di daerah ini.

Baca Juga:

• Rony Situmorang: Polemik 4 Pulau Jangan Sampai Ganggu Keamanan Bangsa
• Soal Pendidikan Dasar Gratis, Anita: Harus Benar-Benar Dikaji dan Bijak Mengimplementasikannya
• Satnarkoba Polres Tapteng Bekuk Pengedar Sabu di Kalangan

Pengadaan vaksin Flu Babi ini sangat mendesak diadakan, guna menyelamatkan populasi ternak Babi di Sumut, baik ternak milik perorangan maupun perusahaan yang selama ini terus mengalami kematian massal akibat infeksi virus ASF," ujar Pantur Banjarnahor kepada wartawan di Medan, Minggu (15/6/2025).

Seperti diketahui, tambah Pantur, vaksin Avac ASF Live satu-satunya vaksin yang telah mendapatkan persetujuan izin dari Kementrian Pertanian dengan No.3693/KPTS/PK.350/FI.04/2025 pada 23 April 2025.

"Vaksin ini sudah diuji coba dengan hasil yang baik. Di Vietnam, sudah digunakan secara nasional dan hasilnya tak ada lagi timbul wabah ASF dan di Indonesia negara ketiga, tujuan ekspor vaksin ASF ini, setelah Filipina dan Nigeria. Vaksin ini dipakai untuk Babi berumur 4 Minggu atau lebih, dengan ukuran satu dosis. Sekali pemakaian, akan memberikan imunitas selama 5 bulan," beber Politisi PDI Perjuangan ini.

Harus diingat, tambah wakil rakyat dari Dapil Sumut IX meliputi Kabupaten Toba, Samosir, Taput, Humbahas, Tapteng dan Kota Sibolga ini, vaksin tersebut hanya boleh dipakai pada Babi yang sehat dan vaksin yang sudah diencerkan, harus disuntikkan dalam waktu paling lama 2 jam dan masa berlaku vaksin ini 2 tahun sejak diproduksi.

Menurut Pantur, vaksin Flu Babi ini satu-satunya vaksin komersil yang tersedia di Indonesia. Tapi harus hati-hati, ada juga vaksin Aspal atau vaksin illegal yang beredar, sehingga masyarakat tidak menggunakannya, karena berisiko picu mutasi virus, wabah baru atau kontaminasi biologis.

Namun demikian, Pantur tetap mengimbau masyarakat melakukan Biosekuriti, karena penyakit menular yg menyerang hewan, tumbuhan dan manusia terus juga bermutasi. Pelajaran penting tentang ASF dan Covid, hindari kontak fisik dengan Babi yang terinfeksi. Ini langkah yang wajib dikerjakan semua peternak.

Dalam kasus ini, politisi PDI Perjuangan ini tetap berharap agar Pemprovsu dan Pemkab/Pemko di Sumut perlu segera bertindak cepat. Tidak bisa lagi terus dibiarkan peternak merugi tanpa ada solusi konkret. Jika vaksin dari Vietnam terbukti efektif, Pemprovsu perlu menjajaki kerjasama dan mengawal proses legalisasi penggunaannya di Indonesia.

Seperti diketahui, masuh kata Pantur, virus ASF telah menghantam ribuan peternak disejumlah kabupaten di Sumut seperti di Deli Serdang, Tapanuli Utara, Toba, Humbang Hasundutan, Samosir, Karo, Dairi dan lainnya.

Selain berdampak ekonomi, kondisi ini turut mengancam kelestarian budaya yang erat dengan konsumsi daging Babi di kalangan masyarakat lokal.

Dalam hal ini, Pantur juga mendorong Gubernur Sumut bekerjasama dengan Kementerian Pertanian dan Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) untuk mempercepat kemungkinan uji coba vaksin di Indonesia, mengingat pentingnya membangun sistem Biosekuriti yang ketat dan menyediakan bantuan darurat bagi peternak yang terdampak.

"Disini kita berharap Pemprovsu melakukan gerak cepat mengalokasikan anggaran pengadaan vaksin Flu Babi ini. Jangan biarkan peternak berjuang sendiri. Apalagi diinformasikan, vaksin ASF buatan Vietnam telah melalui serangkaian uji coba dengan tingkat keberhasilan yang menjanjikan," tandas Pantur. (**)