Kepala Bapenda Langkat Klarifikasi Pajak Hulu Migas

Kitakini.news -Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kabupaten Langkat, Dra. Muliani. S, memberikan klarifikasi terkait pemberitaan yang menyebut adanya pemanggilan oleh Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara terkait dugaan penggelapan pajak, khususnya Pajak Air Tanah dan Pajak Penerangan Jalan dari kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi.
Baca Juga:
Saat dikonfirmasi
pada Kamis (15/5/2025) Dra. Muliani menjelaskan bahwa pembayaran pajak tersebut
masih menunggu diterbitkannya peraturan turunan oleh Gubernur Sumatera Utara
sebagai landasan pelaksanaannya.
Menurutnya, objek
pajak yang dimaksud adalah PT. Pertamina EP Asset 1 Pangkalan Susu yang mengacu
pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 9/PMK.02/2016.
"Dalam pasal tersebut diatur tata cara pembayaran Pajak Air Permukaan, Pajak
Air Tanah, dan Pajak Penerangan Jalan untuk kegiatan usaha hulu migas," ujar
Muliani.
Lebih lanjut, ia
menjelaskan bahwa pajak-pajak tersebut dibayarkan langsung oleh Pemerintah
Pusat melalui Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, bukan oleh perusahaan secara langsung kepada pemerintah daerah.
Adapun
keterlambatan pembayaran pajak Air Tanah oleh PT. Pertamina EP Asset 1
Pangkalan Susu disebabkan oleh beberapa kendala regulasi. Di antaranya:
1. Saat Pemkab
Langkat melakukan penagihan, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Nomor 20 Tahun 2017 belum mengatur secara spesifik kegiatan usaha hulu
migas, sehingga Kementerian Keuangan belum dapat membayarkan tagihan tersebut.
2. Saat ini,
regulasi tersebut telah diperbarui dengan terbitnya Peraturan Menteri ESDM
Nomor 5 Tahun 2024 tentang Pedoman Penetapan Nilai Perolehan Air Tanah. Namun,
implementasinya masih menunggu turunan aturan berupa Peraturan Gubernur
Sumatera Utara.
"Peraturan Menteri
ESDM Nomor 5 Tahun 2024 dalam Pasal 12 ayat (1) dan (2) mengamanatkan agar
pemerintah daerah menindaklanjutinya dengan peraturan gubernur. Jadi, saat ini
kami masih menunggu peraturan tersebut untuk dasar penagihan," ungkapnya.
Dra. Muliani juga
menegaskan bahwa persoalan ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Langkat, tetapi
juga dialami oleh kabupaten/kota lain di Sumatera Utara, bahkan secara
nasional—terutama di daerah-daerah yang memiliki kegiatan usaha hulu migas oleh
Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) yang bekerja sama dengan SKK Migas.
Selain itu, ia
menepis berita miring yang menyebutkan bahwa PAD dari sektor tersebut hanya
mencapai Rp2 miliar. Faktanya, pada tahun anggaran 2024, target PAD dari sektor
tersebut sebesar Rp3.000.000.000 justru berhasil dilampaui, dengan realisasi
mencapai Rp3.304.056.399. Artinya, terjadi surplus sebesar Rp304.056.399 atau
kenaikan sebesar 10,14% dari target yang telah ditetapkan, sehingga Total PAD
di sektor tersebut sebesar 110,14%.
Sementara itu,
untuk tahun 2025 yang masih berjalan, target PAD dari sektor tersebut kembali
dinaikkan menjadi Rp3.200.000.000. "Realisasi akan kita lihat bersama di akhir
tahun, namun kami optimis capaian ini akan terus meningkat dengan perbaikan
regulasi yang sedang berlangsung," tegasnya.
Dengan klarifikasi ini, Bapenda Langkat menegaskan bahwa pengelolaan pajak daerah tetap dijalankan secara profesional dan berdasarkan aturan yang berlaku, serta mengajak semua pihak untuk tidak membangun opini tanpa dasar yang dapat menyesatkan masyarakat.