Efek Bencana di Aceh, Stasiun Penelitian Orangutan Ketambe Tutup
Melansir berbagai sumber, Kamis (9/12/2025), stasiun penelitian ini sejatinya sudah beroperasi sejak 1971 dan dikenal sebagai pusat studi orangutan Sumatra.
Baca Juga:
"Kementerian Kehutanan menegaskan komitmennya untuk memulihkan stasiun sebagai pusat penelitian orangutan Sumatra," bunyi keterangan Forum Konservasi Leuser (FKL).
Ceritanya, bencana banjir bandang terjadi di lokadi itu pada Kamis (26/11/2025).
Air mulai naik sekitar pukul 11.00 WIB. Staf di lokasi, yang saat itu sedang membangun musala, sempat mencoba membuat penghalang, namun kondisi memburuk dengan cepat.
Menjelang sore, sekitar pukul 16.00 WIB, air sungai menerobos masuk dengan cepat dan deras.
Juru masak dan tukang bangunan, serta empat petugas yang berada di lokasi, berhasil menyelamatkan diri dari arus deras dan dievakuasi ke Desa Ketambe.
"Meskipun kerusakan besar terjadi, empat petugas yang berada di lokasi selamat setelah berhasil menyelamatkan diri dari derasnya arus," tambah keterangan itu.
Ketika diperiksa keesokan harinya, seluruh sarana dan prasarana di SP Ketambe ludes tersapu banjir.
Kerusakan total melanda ruang pertemuan, ruang pustaka, kamar peneliti, musala, dapur umum, fasilitas air bersih, hingga kereta gantung penyeberangan.
Sebagai informasi, SP Orangutan Ketambe terletak di kawasan Resort Lawe Gurah, Aceh Tenggara.
SP Orangutan Ketambe didirikan sejak 1971 oleh Pusat Penelitian Primata (PPA), Kementerian Kehutanan, dan WWF, merupakan stasiun penelitian orangutan tertua di dunia.
Sejak 2015, SP Ketambe dikelola bersama oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dan FKL.
Selama lebih dari lima dekade beroperasi, SP Ketambe telah mempublikasi ribuan tulisan ilmiah dan melahirkan sederet pakar konservasi terkemuka, menjadikannya institusi yang berpengaruh di mata global.
Di antara tiga stasiun penelitian yang dikelola BBTNGL, SP Ketambe menjadi yang paling parah kerusakannya akibat banjir dan longsor.
Akibat kerusakan parah tersebut, SP Orangutan Ketambe terpaksa ditutup sementara waktu hingga proses pemulihan pascabencana selesai.
Penutupan ini berlaku untuk seluruh kegiatan penelitian maupun kunjungan, demi keselamatan bersama.
Penutupan SP Ketambe merupakan pukulan besar, khususnya bagi dunia ilmiah dan konservasi global.
Pemerintah pun mengajak para peneliti dan mitra konservasi untuk tetap berkoordinasi dan menyesuaikan rencana kerja lapangan.
Efek Bencana Banjir, Ini Empat Wabah Penyakit yang Kerap Muncul
Tinjau Tanggul Jebol di Medan Labuhan, Rico Waas : Perbaikan Langsung Dilakukan Sepanjang Satu Kilometer
Antrean Panjang di SPBU, Yahdi Desak Pertamina Stabilkan BBM Paling Lama, Rabu 10 Desember 2025
Walhi Sumut Duga Ada Transaksi di Balik Pencabutan Izin Perusahaan Perusak Lingkungan
250 Peserta Tanggap Bencana AMPG Dikirim ke Lokasi Bencana