Rabu, 10 Desember 2025

Efek Bencana Banjir, Ini Empat Wabah Penyakit yang Kerap Muncul

Fitri - Selasa, 09 Desember 2025 21:32 WIB
Efek Bencana Banjir, Ini Empat Wabah Penyakit yang Kerap Muncul
ig@parispernandes_
Pembagian logistik untuk korban banjir di Aceh Tamiang
Kitakini.news - Banjir dan longsor yang terjadi di Sumatra belum tertangani dengan maksimal, di saat bersamaan wabah penyakit pun mengintai.

Melansir berbagai sumber, Kamis (9/12/2025), kondisi lingkungan yang kotor, keterbatasan air bersih, serta padatnya lokasi pengungsian memang membuat masyarakat lebih rentan terkena infeksi.

Baca Juga:

"Nah, yang paling sering dari data-data, bukan hanya di Indonesia, di dunia, setelah banjir atau longsor itu, leptospirosis sekarang itu yang tinggi potensi menjadi wabah," ucap epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman.

Menurut Dicky, ini terjadi karena banjir membuat paparan manusia terhadap air kencing tikus atau hewan reservoir lainnya menjadi semakin luas.

Artinya, kontaminasi ini mempermudah penularan bakteri Leptospira ke manusia.

Ancaman berikutnya adalah penyakit berbasis fekal-oral, terutama diare, yang hampir selalu meningkat pasca banjir.

"Orang BAB atau kencing di mana saja. Kemudian fasilitas cuci tangan terbatas, juga adanya tempat pengungsian yang padat, itu yang memudahkan penularan fekal oral," tuturnya.

Kondisi lingkungan yang tercemar, sumur dangkal yang terkontaminasi air banjir, serta sanitasi darurat yang buruk menjadi pemicu utamanya.

"Dan di Indonesia, pola epidemiologisnya, setiap tahun pasca banjir, muncul peningkatan kasus diare. Dan umumnya, ini yang akhirnya memicu outbreak atau wabah yang cepat," jelas Dicky.

Pun Demam tifoid (tipes) kerap melonjak setelah banjir karena air bercampur limbah dan kotoran sehingga bakteri penyebab demam tifoid dapat menular lebih mudah.

"Kenapa ini terjadi? Karena makanan dan minuman mudah terkontaminasi oleh air banjir," ujar Dicky.

Banjir juga dapat memicu peningkatan vektor penyakit, terutama nyamuk. Genangan air yang tersisa menjadi tempat berkembang biak ideal.

Dicky menyebut, risiko demam berdarah dengue (DBD) maupun malaria biasanya muncul lebih lambat dibandingkan penyakit sebelumnya.

"Ini biasanya terjadinya satu bulan pasca bencana, jadi agak lebih lama," pungkasnya.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
Berita Terkait
FiberStar Salurkan Bantuan dan Pasang Internet Darurat untuk Percepatan Respons Bencana di Sumatera

FiberStar Salurkan Bantuan dan Pasang Internet Darurat untuk Percepatan Respons Bencana di Sumatera

Efek Bencana di Aceh, Stasiun Penelitian Orangutan Ketambe Tutup

Efek Bencana di Aceh, Stasiun Penelitian Orangutan Ketambe Tutup

Pasca Banjir, Lapas Sibolga-Tapteng  Dipadati Keluarga Besuk Warga Binaan

Pasca Banjir, Lapas Sibolga-Tapteng Dipadati Keluarga Besuk Warga Binaan

Tinjau Tanggul Jebol di Medan Labuhan, Rico Waas : Perbaikan Langsung Dilakukan Sepanjang Satu Kilometer

Tinjau Tanggul Jebol di Medan Labuhan, Rico Waas : Perbaikan Langsung Dilakukan Sepanjang Satu Kilometer

Ikut Konser Amal, Judika: Kakakku di Kampung Lalang Kebanjiran

Ikut Konser Amal, Judika: Kakakku di Kampung Lalang Kebanjiran

Habib Jafar Pilih Fokus Beri Bantuan Trauma Healing

Habib Jafar Pilih Fokus Beri Bantuan Trauma Healing

Komentar
Berita Terbaru