Ekonom : Lebaran Ini, Sumut Dibayangi Deflasi

Kitakini.news - Biasanya di hari besar keagamaan memperlihatkan inflasi pada sejumlah kebutuhan pokok. Namun, di lebaran tahun ini, Sumut dibayangi deflasi.
Baca Juga:
Hasil pantauan Tim Pemantau Harga Pasar Sumut dalam dua bulan terakhir, sejumlah harga kebutuhan pokok masyarakat justru mengalami penurunan. Harga cabai merah dan cabai rawit anjlok 27% di bulan April dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Disusul daging ayam anjlok 7%, minyak goreng curah anjlok 6.6%, dan bawang merah anjlok 5.6%. Sementara itu harga daging sapi naik dikisaran 5.1% hingga 5.6%, telur ayam naik 1.8%, dan harga beras kualitas bawah naik sekitar 2.7%.
"Akan tetapi untuk kenaikan harga beras saya menilai ini pengecualian. Karena kenaikan harga beras tersebut terjadi disaat pemerintah menaikkan HPP beras. Jadi bukan karena demand yang membaik," tutur Ketua Tim Pemantau Harga Pasar Sumut Gunawan Benjamin, Jumat (28/4/2023).
Kata Gunawan, memang ada tren kenaikan harga tiket pesawat di bulan April ini. Pemicu utamanya adalah rata rata harga minyak dunia yang lebih mahal di bulan April dibandingkan dengan Maret. Namun, lanjutnya, secara keseluruhan Sumut masih dibayangi deflasi, meskipun tetap tidak menutup kemungkinan akan mencetak inflasi sangat rendah.
"Kabar ini tentunya bukan kabar baik buat Sumut. Saya melihat inflasi bisa bergerak dalam rentang -0.23 hingga 0.1%. Artinya memang masih menunjukan adanya potensi deflasi. Dan tentunya masih lebih rendah dari perkiraan saya sebelumnya dimana inflasi akan paling besar 0.2% di bulan april. Namun, kita menunggu rilis resmi BPS untuk kepastiannya," jelas dia.
Akan tetapi, lanjut Gunawan, kemungkinan deflasi atau inflasi kecil selama Ramadan dan Idul fitri tahun ini sebagai sinyal buruk. Dimana motor penggerak pertumbuhan ekonomi Sumut dari sisi belanja masyarakat tengah mengalami gangguan.
Belanja atau pengeluaran masyarakat, kinerja ekspor, sektor pertanian, jasa angkutan, hingga konstruksi dikuartal pertama tahun ini berpeluang terkontraksi secara kuartalan.
Dia menjelaskan tren perlambatan ekonomi Sumut sudah terlihat sangat jelas saat ini. Tercermin dari gangguan daya beli yang sudah dirasakan dari penjualan ritel yang bergerak turun di kuartal pertama. Ini penyakit yang harus diantisipasi dan dicari obatnya. Namun sayangnya penyakit ekonomi Sumut ini dipengaruhi oleh resesi di negara lain.
"Sehingga saya pesimis pemerintah mampu menghindari tekanan ekonomi eksternal. Tetapi saya masih optimis pemerintah setidaknya bisa meminimalisir penambahan jumlah masyarakat miskin," tandasnya.
Redaksi

Nikmati Malam BBQ Seru di Hotel GranDhika Setiabudi Medan dengan Paket "BBQ Chill & Grill"

Rico Waas Dukung Komunitas Medan Teater Tampil di Festival Teater Sumatra III

Soal Pernyataan Mendagri Tentang Korupsi Dana Transfer ke Sumut, Ini Tanggapan Bobby.

DPRDSU Minta Bobby Sikapi Perseteruan Antara DPRD dan Bupati Tapteng, Bobby: Nanti Kita Cari Solusinya

Rata-Rata Usia Pemain Pegadaian Championship 2025/26: PSMS Medan Tertua, Persikad Depok Termuda
