Dari Pesisir Batu Bara, Inalum Sudah Tanam 34 Ribu Bibit Mangrove untuk Warisan Anak Cucu

Kitakini.news - Menjaga keseimbangan antara industri dan alam untuk generasi masa depan merupakan salah satu tekad PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Pengembangan eduwisata mangrove merupakan salah satu langkah yang konsisten dilakukan Inalum sejak tahun 2020.
Baca Juga:
Berdasarkan data, sejak tahun 2020, Roadmap Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Inalum sudah fokus pada Pantai Sejarah. sebuah pantai yang berada di Kecamatan Batu Bara, Sumatera Utara yang di kenal karena hijaunya hutan mangrove.
Program di mulai pada tahun 2020, dengan penataan landscape Pantai Sejarah. Setelah itu di tahun 2021, program berfokus pada pengembangan ekowisata. Tak hanya tentang alam, pada tahun 2022, Inalum mulai mengembangkan batik bunga mangrove. Dan sejak tahun 2024 hingga sekarang, program berfokus pada pengembangan Edu-Ekowisata Mangrove Pantai Sejarah.
Bibit mangrove yang disiapkan Inalum untuk ditanam di Pantai Sejarah.
Head Of Corporate Communication Inalum, Utrich Farzah mengungkapkan sampai tahun 2025, Inalum melalui Departemen SCD–Divisi CSR telah melakukan penanaman mangrove di berbagai titik di sepanjang pesisir Kabupaten Batu Bara dan Kabupaten Asahan. "Sampai dengan tahun 2025 telah ditanam sebanyak 34.250 bibit mangrove jenis Rhizopora dan Avicennia, atau setara dengan 6,9 hektar," tuturnya kepada kitakini.news, beberapa waktu lalu.
Penanaman tersebut, sambungnya, dilakukan dalam rentang waktu 2022 hingga 2024. Perempuan yang akrab disapa Uti ini menjelaskan Pantai Sejarah merupakan salah satu titik pelaksanaan penanaman mangrove terbaik dan layak dijadikan benchmark bagi berbagai lokasi lainnya. "Pada tahun 2025, kita targetkan penanaman mangrove minimal 10.000 bibit. Tidak hanya berfokus di lokasi Desa Perupuk seperti Pantai Sejarah namun di titik desa-desa lainnya yang juga membutuhkan restorasi lahan pesisir," jelasnya.
Melalui program ini, sambung Uti, Inalum berharap dapat memberikan dampak pencegahan abrasi, menjaga kulitas air, meningkatkan serapan karbon, menyediakan habitat alami bagi biota pesisir beserta keaenkaragaman hayati yang terkandung di dalam hutan mangrove. "Tidak hanya bagi alam, kita juga berdapat dampak terbaik bagi masyarakat, terutama dalam membuka peluang ekonomi baru melalui ekowisata," ucapnya.
Melalui program ini, Inalum berharap mendorong berkembangnya desa wisata berbasis ekologi (eco-tourism), menciptakan peluang usaha UMKM, serta memberikan tambahan pendapatan dari produk turunan mangrove maupun aktivitas wisata. Pengolahan hasil mangroveseperti produk-porduk yang dapat diciptakan masyarakat seperti batik mangrove, teh mangrove, bibit mangrove dan hasil perikanan daratan termasuk produk jasa ekowisata edukasi mangrove.
Ibu-ibu di kawasan Kuala Tanjung saat membuat batik mangrove.
Untuk itu, agar program dapat berjalan lancar, Inalum bekerja sama dengan kelompok masyarakat pesisir yaitu Kelompok Tani Cinta Mangrove (KTCMI) serta pemerintah desa, Dinas Lingkungan Hidup serta aparat pengamanan seperti KODIM. "Masyarakat lokal dilibatkan sejak awal, mulai dari pembibitan dilakukan oleh ibu-ibu para istri nelayan dibawah nauangan KTCM," ungkap Uti.
Selain itu, sambungnya, diberikan pelatihan kewirausahaan seperti literasi keungan bagi para UMKM yang terlibat dalam Ekowisata Mangrove Pantai Sejarah, serta pengelolaan Ekowisata bagi pengelola Ekowisata Mangrove Pantai Sejarah.
Inalum juga mengajak Kelompok Masyarakat pengelola (KTCM) melakukan study banding ke beberapa lokasi ekowisata mangrove yang lebih baik lagi seperti Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove di PIK – Jakarta Utara dan Ketapang Urban Aquaculture di Ketapang, Banten untuk meningkatkan kapasitas para pengelola ekiwsata mangrove dan kelompok yang aktif menanam di Pantai Sejarah.
"Tidak berhenti sampai di sini. Inalum juga telah menyiapkan program 5 tahun berkelanjutan untuk konservasi hutam Mangrove. Meliputi pemeliharaan, pemantauan pertumbuhan, pengayaan tanaman, serta pengembangan ekowisata berbasis konservasi," tandasnya.
Uti bilang, program konservasi mangrove ini adalah bukti nyata komitmen Inalum untuk tumbuh bersama lingkungan dan masyarakat. Melalui penanaman mangrove, Inalum berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, khususnya terkait aksi iklim, kehidupan di laut, dan ekosistem darat. "Program ini sejalan dengan komitmen Inalum terhadap pembangunan berkelanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan," pungkasnya.
Karenanya, Inalum mengajak seluruh masyarakat dan seluruh stakeholder untuk bersama-sama menjadi penjaga ekosistem, karena pelestarian lingkungan tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. "Dengan merawat mangrove hari ini, kita sedang menyiapkan warisan terbaik untuk anak cucu di masa depan," tandasnya.

Kuta View, Surga Edukasi di Tengah Hijaunya Sawah Kuala Tanjung

Sempat Difitnah dan Tertipu, Mantan ABK Sukses Budidaya Jamur Tiram

Vonis Ringan Mafia Lahan Suaka Margasatwa, MAKI Sumut: Pengkhianatan Penegakan Hukum Lingkungan

Inalum Genjot Produksi Green Aluminium dengan Teknologi Mutakhir Tiongkok

Demi Konservasi Alam, Thailand Tutup Maya Bay
