Deflasi Berulang di Sumut: Sinyal Melemahnya Daya Beli Masyarakat

Kitakini.news - Sumatera Utara (Sumut) kembali membukukan deflasi selama lima bulan terakhir, menjadi sinyal kuat melemahnya daya beli masyarakat.
Baca Juga:
Ketua Tim Pemantau Harga Pasar Sumut, Gunawan Benjamin menjelaskan penurunan harga secara umum, khususnya pada komoditas pangan seperti daging ayam dan cabai merah, mengindikasikan adanya perlambatan konsumsi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa deflasi pada September mencapai 0,21%.
Kondisi ini diperparah dengan penurunan konsumsi daging ayam sebesar 13% dibandingkan bulan sebelumnya, meski ada gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON).
"Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, konsumsi daging ayam justru meningkat 6%," terang dia.
Beberapa faktor yang menyebabkan deflasi ini antara lain, Penurunan daya beli; Kenaikan harga kebutuhan hidup yang tidak sebanding dengan kenaikan upah membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam berbelanja.
Kemudian, ada juga perubahan pola konsumsi. Masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran untuk barang-barang non-esensial.
Dari sisi ketenagakerjaan, sambungnya, pemutusan hubungan kerja (PHK) dan peralihan ke pekerjaan informal juga memengaruhi daya beli.
"Kondisi ini perlu menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah," ungkap Gunawan.
Kebijakan yang tepat diperlukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Deflasi Februari 2025 Menurut Ekonom: Dipicu oleh Pasokan yang Melimpah

Inflasi di Sumatera Utara: Pematangsiantar Tertinggi, Karo Terendah!

Kenaikan Harga Cabai di Sumut Dipicu Minimnya Persediaan

IHSG Melemah, Namun Rupiah Menguat di Tengah Tekanan Pasar Global

Sektor Pertanian Selain Perkebunan Terpuruk, NTP Sumut di Bawah 100
